Total Tayangan Halaman

Selasa, 05 Februari 2013

Sang Guru Idola


Sang Guru Idola
Didin Harianto
09406244001
Pendidikan Sejarah

Pada sebuah daerah bernama Panjaitan terdapat sebuah sekolah yang bernama SMA Negeri 1 Panjaitan mempunyai sosok guru yang sangat berdedikasi kepada dunia pendidikan dan juga guru yang sangat di hormati dan di jadikan panutan oleh semua guru dan staf dari sekolah. Guru tersebut bernama Joroni atau anak-anak lebih suka memanggilnya pak Jor. Pak Jor di SMA Negeri 1 Panjaitan mengajar bidang studi Sejarah. Murid-murid SMA Negeri 1 Panjaitan sangat mengidolakan pak Joroni ini karena setiap mengajar mata pelajaran sejarah selalu mengasyikan dan membuat muridnya tidak ada rasa bosan untuk tidak mengikutinya karena pak Jor selalu menerapkan metode-metode pembelajaran yang aktratif. Salah satu metode yang digunakan untuk mengajar adalah permainan jodohkah aku dimana medianya menggunakan kartu yang berpasang dengan satu pasang terdiri dari pertanyaan dan jawaban. Dalam permainan ini pak Jor menerapkan peserta permainan itu adalah pasangan yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, sehingga ketika pembelajaran sejarah dengan media ini kelas pasti sangat ramai karena adanya permainan ini dimana pemainya diminta menjawab pertanyaan dari kartu yang sudah di sediakan dan jika tidak bisa menjawab pasangan itu akan di hukum untuk menghibur teman-temanya seperti dengan berduet menyanyi atau berpuisi. Karena metode ini murid-muridnya menjadi sangat antusias mengikuti pelajaran sejarah yang di ampu oleh pak Jor.
Selain mengudakan metode permainan jodohkah aku pak Jor juga masih banyak menggunakan metode-metode yang menarik lainya seperti metode menghafal dengan tarian bambu. Caranya murid-muridnya disuruh membaca dulu mengenai suatu materi setelah itu siswa-siswi dibuat berkelompok secara berpasang secara genap dan dihadapkan satu sama lain. Setelah itu pasanganya disuruh menceritakan apa saja yang baru di hafalkannya secara bergantian setelah beberapa waktu pasangan yang saling berhadapan tadi berputar, sehingga akan mendapatkan informasi mengenai materi yang telah dihafalkan selain itu sambil bergerak meraka sambil menyanyikan lagu atau sebuah yel-yel seperti ayo belajar sejarah dengan heppy, bergembira hore,hore, horeeeeeeee..... sehingga suasananya menjadi meriah dan pada akhirnya setelah berputar-putar akan kembali ke tempat dan pasangan semula dan disuruh menyampaikan apa yang baru di dapatkan dari perputaran tadi, sehingga murid-muridnya tidak jenuh dalam pembelajaranya dan juga bisa menghafal dengan lancar apa yang baru di ajarkan. Semua itu dapat diketahui ketika pak Jor mengetes muridnya dengan perites mengenai materi yang baru saja di ajarkan, semua siswa-siswi pak Jor berebut untuk menjawab pertanyaan yang diberikan pak Jor dan tidak ada siswa yang tidak bisa menjawab dari pertanyaan pak Jor ini.
Pak jor selain menjadi sosok guru idola dan panutan juga dianggap sebagai orang tua sendiri bagi murid-muridnya karena pak Jor selain menjadi seorang guru yang sangat kocak juga merupaka seorang guru selalu perhatian kepada murid-muridnya. Pak Jor bila salah satu muridnya mengalami kesulitan belajar atau mengalami masalah apa pun pasti pak Jor akan di curhati oleh muridnya untuk dimintai nasehat ataupun bantuan dan pak Jor pun akan langsung memberikan bantuan seperti ketika murindnya mengalami masalah mengenai kesulitan belajar mengenai pelajaran PPKN pak Jor pun akan membantu mengajari muridnya yang kesulitan itu dengan diajak belajar bersama karena pak Jor sendiri bukan merupakan guru PPKN. Pak Jor sangat suka sekali kalau para murid-muridnya kalau ada permasalahan ataupun kesulitan pasti selalu menemui pak Jor. Karena hal inilah pak jor menjadi seorang sosok yang sangat penting dan di sayangi oleh para murid-muridnya di SMA Negeri 1 Panjaitan.
Pak Jor tidak hanya menjadi sosok idola di kalangan murid-muridnya saja tetapi juga menjadi idola bagi semua warga sekolah karena pak Jor adalah orang yang murah senyum dan membuat orang menjadi nyaman ketika berada di dekatnya. Jadi tidak mustahil kalau pak Jor pun sangat di sayanggi oleh semua warga Sekolah SMA Negeri 1 Panjaitan. Pak Jor merupakan sosok panutan bagi semuanya baik oleh murid-muridnya maupun juga guru-guru yang lain dalam mengajar di kelas. Karena pak Jor merupakan guru yang baik dan bisa menghidupkan suasana belajar di kelas dari yang membosankan menjadi yang sangat meriah. Pak  Jor yang bisa membuat pembelajaran sejarah yang dari membosankan menjadi sangat menyenangkan dan di nanti-nantikan murid-murid SMA Negeri 1 Panjaitan tidak hanya membuat semua guru d sekolahnya kagum tapi dari sekolah yang berada di seluruh Panjaitan pun kagum, sehingga Pak Jor sering di undang untuk menjadi seorang nara sumber mengenai cara menghidupkan pembelajaran di kelas agar menjadi menarik dan menyenangkan oleh dinas pendidikan dan MGMP Panjaitan.
Dalam setiap pelatihan yang di adakan baik Dinas maupun MGMP Pak Jor selalu menekankan betapa pentingnya menerapkan pembelajaran yang menyenangkan karena dengan proses pembelajaran seperti ini semua muri menjadi tidak bosan dan materi yang diajarkan pun bisa tersampaikan dan dipahami oleh semua murid. Jadi dalam pembelajaran pak Jor tidak hanya mengunakan ceramah saja tapi juga menggunakan berbagai media permainan seperti jodohkah aku, tarian bambu, menyanyi sejarah dan masih banyak lainya.dari semua hal itu akan membuat murid tidak menjadi bosan karena media yang digunakan untuk pembelajaran tidak hanya 1 media saja tapi banyak media sehingga setiap kali pembelajaran pasti guru itu akan selalu di nanti-nantikan oleh para murid-muridnya dan bila guru itu tidak masuk pun murid-murid bukannya senang karena gurunya tidak ada dan tidak ada tugas melainkan bersedih karena tidak bisa mengikuti pelajaran yang menyenangkan itu.
Pelatihan yang mengundang Pak Jor menjadi media pak Jor untuk berbagi pengalaman dan ilmu dalam mengajar yang menarik dan menyenangkan sehingga pak Jor menjadi seorang guru panutan bagi semua muridnya dan teladan bagi semua guru-guru di Panjaitan karena sistem pembelajaran yang dilakukan oleh pak Jor ini. Selain itu juga demi kecintaannya terhadap dunia pendidikan pak Jor juga menuliskan kisah dan cara-cara belajar sejarah di kelas yang asyik dan tidak membuat ngantuk dalam sebuah buku yang deberinya judul seribu cara belajar di kelas dan luar kelas yang asyik dan tidak membikin ngantuk.

Masuknya Bangsa Arya dan Munculnya Hinduisme di India


Masuknya Bangsa Arya dan Munculnya Hinduisme di India
Disusun guna memenuhi  tugas Mata Kuliah Sejarah Asia Selatan
Dosen Pengampu : Rhoma Dwi A., M. Pd

 








Kelompok 2:
1.      Didin Harianto                        (09406244001)


PENDIDIKAN SEJARAH/B
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012





KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat, hidayah, serta inayahnya yang tercurah kepada kami  sehingga kami dapat menyusun makalah  yang berjudul “Masuknya Bangsa Arya dan Munculnya Hinduisme di India” Sholawat dan salam tidak lupa kami tujukan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang senantiasa kita tunggu pertolongannya pada Yaumul Akhir.
Penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu tugas Mata kuliah Sejarah Asia Selatan. Dengan makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai masuknya bangsa Arya dan munculnya Hinduisme di India, dan makalah ini kami susun berdasarkan berbagai literatur yang kami baca. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam membantu penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kakurangan dalam penyusunan makalah ini, maka dari itu kami memohon masukan-masukan yang konstruktif demi perbaikan selanjutnya. Demikian yang bisa kami sampaikan kurang lebihnya kami mohon maaf yang setulus-tulusnya.
Yogyakarta, 20 Februari 2012


Penulis



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pada tahun 2500-1500 SM bangsa Arya yang berasal dari Asia Tengah pergi ke India melalui celah khyber. Celah khyber merupakan satu-satunya pintu masuk ke India, karena selain melalui celah khyber harus melalui daerah pengunugan yang medannya sangat sulit dilalui. Bangsa Arya pergi ke India secara bertahap, tidak sekaligus dengan gelombang besar. Kebudayaan yang dimiliki bangsa Arya sudah cukup tinggi. Bangsa Arya pergi ke India dengan membawa seluruh anggota keluarganya dan membutuhkan waktu berabad-abad.
Bangsa Arya menguasai seluruh daratan sungai Indus dan Gangga yang kemudian daerah ini dinamakan Aryavarta (tanah orang arya) atau Hindustan (tanah orang-orang Hindu). Sebelum bangsa Arya masuk dan menguasai daratan sungai Indus, daratan ini sudah dihuni dan dikuasai oleh bangsa Dravida yang tinggal di kota yang bernama Harapan dan Mahenjo-Daro. Bangsa Dravida juga sudah memiliki peradaban yang tinggi dengan ditemukannya sisa-sisa kebudayaan yang dimiliki bangsa Dravida pada saat pengalian reruntuhan. Perpindahan bangsa Arya ke India berlangsung pada satu masa yang berabad-abad lamanya dapat juga dibuktikan kalau dibandingkan syair-syair Weda yang tertua dengan yang terkemudian.[1] Hinduisme muncul di India adalah karena percampuran kebuadayaan anatar bangsa Dravida yang dikalahkan oleh bangsa Arya dan terjadilah percampuran kebudayaan diantaranya dan munculah kebudayaan baru. Penulis selain mendapat tugas untuk mengerjakan makalah dengan judul “Masuknya Bangsa Arya dan munculnya Agama Hindu di India” juga merasa sangat tertarik mengenai peristiwa sejarah masuknya bangsa Arya ke India dan berhasil mengalahkan bangsa Dravida yang sudah terlebih dahulu berada di India dan sudah mempunyai kebudayaan yang tinggi.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang diajukan adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana proses masuknya bangsa Arya ke India?
2.      Apa kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Arya?
3.      Bagaimana proses munculnya Hinduisme di India?

C.    Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam pembuatan makalah ini adalah :
1.      mengetahui proses masuknya bangsa Arya ke India,
2.      mengetahui kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Arya, dan
3.      mengetahui proses munculnya Hinduisme di India.













BAB II
PEMBAHASAN
A.    Proses Masuknya Bangsa Arya ke India
Orang-orang yang berbahasa Arya (arya berarti mulia) mempunyai bahasa yang masih sekeluarga dengan bahasa Slavia, Djermania, Yunani, Romawi, dan bahasa-bahasa lainnya di Eropa, begitu pula sekeluarga dengan beberapa bahasa Asia seperti bahasa Media, Persia, Kurdi, bahasa Hatti dan sebagainya.[2] Bahasa-bahasa tersebut termasuk dalam keluarga besar bahasa Indo-Jerman, yang merupakan bahasa yang dipergunakan di tanah Indus. Menurut penyelidikan yang didasarkan atas ilmu bahasa, bangsa-bangsa yang berbahasa Arya, di India itu memiliki bahasa yang masuk keluarga bahasa besar yang di sebut Indo Jerman.[3]
Nama Arya mempunyai arti bangsawan atau tuan, yang terdapat di dalam bahasa persia dan india. Bangsa Arya berasal dari Asia Tengah dan pergi ke India pada tahun 2500-1500 SM secara bertahap dan tidak melalui gelombang besar. Perpindahan yang dilakukan bangsa Arya dengan mengajak seluruh keluarganya dan memerlukan waktu berabad-abad lamanya ini di buktikan dengan syair-syair weda yang tertua dengan syair-syair weda yang baru.
Bangasa Arya memasuki India melalui celah Kayber atau celah-celah bukit Hindu Kust. Celah khyber merupakan penghubung India dengan daerah di luar karena India di kelilingi oleh pengunungan yang tinggi-tinggi, yang merupakan dinding alam yang sulit untuk di lewati oleh manusia. Orang-orang Arya pada awalnya tinggal di tanah-tanah di sekitar sungai hulu Sindhu, yang memiliki 5 anak sungai yang di sebut Panjab yang berarti tanah sungai lima.
Setelah berhasil memasuki India, bangsa Arya menjumpai masyarakat yang sudah mempunyai kebudayaan yang tinggi dan terkenal dengan di sebut kebudayaan lebah Sungai Indus. Kebudayaan lembah sungai Indus berpusat di Harapan dan Mahejo-Daro yang memiliki kota-kota yang besar dan diperkuat oleh benteng-benteng dan parit yang berada di sekitar kota. Bangsa Arya melihat bahwa bangsa Dravida adalah bangsa yang tidak pandai dalam hal berperang, sehingga bangsa Dravida dikalahkan oleh bangsa Arya dan menyebabkan terdesaknya bangsa Dravida ke selatan. Hal ini dibuktikan pada penggalian di Harappa yang menemukan tumpukan mayat yang banyak yang menandakan terjadinya peperangan dan di taklukannya bangsa Dravida oleh bangsa Arya. Selain itu juga kerusakan yang di alami oleh kota Harapan yang diperkirakan akibat dari terjadinya peperangan. Bangsa Dravida yang mendiami daerah barat India dan Pakistan sekarang, telah terdesak ke selatan oleh kedatangan bangsa Arya pada kira-kira 1500 SM.[4] Bangsa Arya melanjutkan penyerbuannya ke arah timur yaitu sungai Gangga. Hal ini di buktikan dengan isi kitab veda yang menjelaskan tempat-tempat di India Utara dan Barat.

B.     Kebudayaan Bangsa Arya
Bangsa Arya datang dengan adat istiadat yang berlainan dengan penduduk yang setempat, kemudian bangsa arya memberi corak dan garis-garis besar untuk sejarah dan perkembangan-perkembangan di India selanjutnya dan pula telah mempengaruhi sebagian besar dari sejarah di Asia Tenggara.[5] Bangsa Arya adalah bangsa yang setengah nomaden (berpindah-pindah) sehingga kehidupannya berasal dari peternakan dan bukan dari pertanian dan menganggap kuda dan lebu sebagai heman yang penting. Kebudayaan bangsa Arya sebelum bercampur dengan bangsa Dravida sudah cukup tinggi di buktikan dengan mempunyai rumah dari kayu, bisa mengukir kayu, membuat kereta perang, membuat alat dari logam, menenun dan membuat barang-barang pecah belah. Sedangkan dalam kebudayaan rohani bangsa Arya masih rendah tarafnya dibandingkan dengan bangsa Dravida. Kepercayaan dan kesusilaan yang masih rendah tarafnya.[6] Ilmu peperangan bangsa Arya lebih hebat dari pada bangsa Dravida dibuktikan dengan berhasil di kalahkannya bangsa Dravida oleh bangsa Arya yang menyebabkan bangsa Dravida terdesak ke selatan.
Pengetahuan tentang bangsa Arya didapat melalui kitab Veda. Dari Reg-Veda kita bisa mengetahui mengenai kehidupan dari bangsa Arya. Keluarga bangsa Arya merupakan satu kesatuan sosial yang paling kecil. Keluarga dalam bangsa Arya dipimpin oleh seorang ayah sebagai seorang kepala keluarga, tuan rumah dan pelindung istri dan anaknya. Kehidupan sosial wanitanya sangat baik dengan berperan sebagai pengatur rumah tangga, membagi kurban dan mengatur wanita dan budak yang berada di rumah. Selain itu wanita juga mempunyai tugas menggiling gandum atau jewawut, mencuci alat-alat dapur, mengepel lantai dengan memakai kotoran lembu, dan yang paling penting melahirkan anak laki-laki. Bangsa Arya juga mempunyai kesukaan dalam lomba perang-perangan dan memanah sasaran. Kesenian bangsa arya mempunyai tari-tarian yang lengkap dengan diiringi oleh musik gendang. Bangsa Arya juga hobi melakukan judi dengan berdadu walaupun sudah tau akibat yang akan didapat.
...ajaran Veda bahkan telah menyebutkan sebagai berikut: Istriku tak sudi akan daku, dan ibunyapun membeci daku. Penjudi tiada menaruh belas kasihan terhadap kesulitan. Tiada suatu faedah yang baik dapat kulihat pada seorang penjudi. Dari pada seekor kuda tak beharga, usang dan tua.[7]
Istri mempunyai kewajiban untuk melayani suaminya untuk makan. Hal yang paling penting bagi seorang istri adalah melahirkan seorang anak laki-laki, bila sang istri tidak dapat melahirkan anak laki-laki maka sang istri akan dicerai oleh suami. Jika suami meninggal maka sang istri wajib ikut menaiki pancaka tempat pembakaran suaminya untuk terbakar bersama dengan tubuh suaminya. Abu dari bekas pembakaran jenazah di ambil dan di taruh di guci atau tempayan untuk di simpan.

C.     Proses Munculnya Hinduisme di India
Agama Hindu muncul akibat dari percampuran kebudayaan antara bangsa Dravida dan Arya dan dikenal sebagai agama pertama yang dikenal manusia. Perkembangan agama Hindu di India berkembang dalam empat. Fase pertama, weda ini masyarakatnya sudah mulai banyak menyebah dewa-dewa, dimulai ketika bangsa Arya berada di Punjab di daerah lembah sungai Indus atau lebih tepatnya pada saat kedatangan dari bangsa Arya ke India pada tahun 2500-1500 SM dan berhasil menguasai lembah sungai Indus yang dulu didiami oleh bangsa Dravida.
...kepercayaan untuk memuja banyak Dewa (Polytheisme), dan kepercayaan bangsa Aria tersebut berbaur dengan kepercayaan asli bangsa Dravida yang masih memuja roh nenek moyang..., daerah perkembangan pertama agama Hindu adalah di lembah Sungai Gangga, yang disebut Aryavarta (Negeri bangsa Arya) dan Hindustan (tanah milik bangsa Hindu).[8]
Akibat kalah dari bangsa Arya bangsa Dravida terdesak ke selatan tetapi juga masih ada bangsa dravida yang menetap dan berasimilasi dengan kebudayaan bangsa Arya. Bangsa Arya pada waktu itu sudah menyembah beberapa dewa, diantaranya: Agni, Varuna, Vayu, Indra, Siwa dan sebagainya.
Agama Hindu terdiri atas campuran berjenis-jenis agama asli, dan sepanjang masa yang berabad-abad itu senantiasa mendapat pengaruh dari luar.[9] Kitab Veda banyak sekali pengaruhnya, tak beda dengan masyarakat India yang berubah dengan kedatangan bangsa Arya. Diantara dewa-dewa yang dipuja oleh agama Hindu dewa yang penting adalah Wisnu dan Siwa dan dalam teori yang ketiga adalah Brahmana. Wisnu merupakan dewa matahari, tetapi berabad-abad lamanya berubah sifat dan menjadi salah satu dewa yang terpenting dalam agama Hindu, bersikap murah hati dan selalu menolong manusia dari malapetaka.
...dilukiskan dengan memegang kulit keong dan cakra ditanganya. Kendaraannya adalah Garuda (raja wali matahari). Lain dari pada itu ia digambarkan  sebagai dewa yang biasa tidur di atas ular dewata Ananta dalam Samudera.[10]
            Siwa merupaka percampuran yang ajaib dari berbagai dewa dari India kuno, yang sepanjang masa dan berabad-abad lamanya menjadi seorang dewa yang dahsyat. Sering kali dewa siwa di hormati sebagai lambang berupa lingga, yaitu tugu pendek yang di puja seluruh rakyat India. Masyarakat  menganggap dewa siwa menjadi dewa Hindu yang terisimewa.
Pada fase selanjutnya yaitu Brahmana masyarakatnya terbagi menjadi beberapa kelompok yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Pada jaman ini Brahmana lah yang mempunyai kedudukan tertinggi dan berhak membuat peraturan yang di ikuti oleh kasta-kasta yang lain, selain itu juga mulai tersusunya tata cara upacara suci keagamaan yang tata caranya tertulis di kitab suci Weda. Pada jaman Upanisad tata cara agama tidak hanya dipentingkan pada upacara dan sesaji, tetapi juga bagaimana cara meningkatkan pengetahuan batin yang tinggi untuk membuka takbir gaib. Pada masa ini perkembangan filsafat agama mulai berkembang dimana dasar filsafatnya adalah Weda. Fase ke empat adalah dimana putra raja Sudhodana yang bernama Sidarta menafsirkan Weda dari sudut Logika dan kemudian mengembangkan sistem yoga dan semadhi, sebagai jalan untuk menghubungkan diri dengan tuhan. Pengetahuan tentang bangsa Arya di dapat melalui kitab veda. Orang-orang Hindu ortodoks menganggap veda adalah abadi dan di turunkan oleh para resi. Nyanyian pujaan atau himne sebagai yang diturunkan dalam tiga perubahan, yaitu Reg-Veda, Sama-Veda, Yajur-Veda.[11] Reg Veda adalah merupakan yang paling tua dan berisi 1.028 lagu pujaan. Sama Veda terdiri ayat-ayat yang terdapat dalam Reg-Veda yang di atur dalam bentuk himne. Sedangkan Yajur-Veda berbentu prosa yang digunakan pendeta untuk melakukan pujaan. Kita juga mengenal pula kitab AtharaVeda yang berisi lagu-lagu pujaan dari mantera-mantera dan rumus-rumus magis.


















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Bangsa Arya adalah merupakan bangsa pendatang yang berasal dari Asia tengah dan pergi ke India pada tahun 2500-1500 SM. Kedatangan bangsa Arya ke India melalui celah khyber dan memakan waktu berabad-abad lamanya, selain itu meraka datang secara bertahab dengan membawa seluruh anggota keluarganya dan tidak langsung dengan gelombang besar. Sebelum kedatangan bangsa Arya di lembah sungai Indus sudah ada kehidupan dan kebudayaan yang tinggi yang dimiliki oleh bangsa Dravida dengan pusat kebudayaannya berada di Harapa dan Mahenjo-Daro. Bangsa Arya adalah bangsa yang nomaden kehidupannya adalah dengan beternak sedangkan Dravida dengan pertania. Tetapi dalam hal perang bangsa Dravida kalah dengan bangsa Arya sehingga bangsa Arya Berhasil mengalahkan Bangsa Dravida dan merebut Harapa dan Mahenjo-Daro serta membuat bangsa Dravida terdesak ke arah selatan.
Bangsa Arya sudah cukup tinggi kebudayaannya. Bangsa arya sudah dapat membuat alat-alat dari logam, kereta perang, membuta rumah kayu, dan mengukir kayu. Tetapi dalam hal kepercayaan bangsa Arya masih rendah dibandingkan dengan bangsa Dravida. Bangsa Arya mengenal banyak dewa untuk disembah. Setelah berhasil menguasai lembah sungai Indus bangsa Arya mengalami percampuran kebudayaan dengan bangsa Dravida yang menetap, sehingga kebudayaan-kebudayaan dari bangsa Arya banyak sekali yang di pengaruhi oleh kebudayaan bangsa Dravida. Salah satunya adalah dalam hal kepercayaan yang mengakibatkan munculnya agama Hindu di India yang di anut oleh masyarakat India sampai sekarang. Agama Hindu muncul akaibat dari percampuran kebudayaan bangsa Arya dan bangsa Dravida yang menetap di Harapan dan Mahenjo-Daro dan tidak ikut pergi ke arah selatan.


Daftar Pustaka
Prijohuomo. 1953. Sejarah Kebudayaan Indonesia 1. Jakarta: Groningen.
Su’ud, Abu. 1988. Memahami Sejarah Bangsa-Bangsa Asia Selatan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Derektorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Sihombing. 1962. India: Sejarah dan Kebudayaan. Bandung: Sumur Bandung.
Wirjosuprapto, Sutjipto. 1957. Sejarah Kebudayaan India. Jakarta: Indira.
http://sejarawan.wordpress.com/2011/08/15/muncul-dan-berkembang-agama-hindu-budha-islam/tanaya Yuka/di akses pada tanggal 20 Februari 2012 pada jam 11.00.



[2] Sutjipto Wirjosuparto, Sejarah Kebudayaan India, 1957, Jakarta: Indira, hal. 37.
[3] Ibid., 38.
[4] Sihombing, India:Sejarah dan kebudayaan, 1962, Bandung: Sumur Bandung, hal. 12.
[5] Ibid., 12.
[6] Sutjipto Wirjosuparto, Op.cit., hlm. 39.
[7] Abu Su’ud, Memahami Sejarah Bangsa-Bangsa Asia Selatan, 1988, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Derektorat Jenderal Pendidikan Tinggi, hal. 48-49.
[9] Prijohutomo, Sejarah Kebudayaan Indonesia 1, 1953, Jakarta: Groningen, hal. 78.
[10] Ibid., hal 82.
[11] Abu Su’ud, Op-cit., hal. 46.

POLEMIK UJIAN AKHIR NASIONAL (UAN)

POLEMIK UJIAN AKHIR NASIONAL (UAN)
Oleh: Didin Harianto
09406244001

Pada umur Indonesia yang sudah mencapai 67 tahun ini indonesia masih banyak di rundung oleh permasalahan-permasalahan. Salah satunya adalah permasalah yang terjadi di dalam dunia pendidikan nasional. Padahal pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat kita abaikan.[1] Pendidikan merupakan salah satu kunci untuk membuat bangsa menjadi besar dan maju, sehingga apabila masih banyak permasalahan dalam dunia pendidikan maka kemajuan bangsa pun akan sulit di capai.
Kebijakan pemerintah dalam melaksanakan Ujian Akhir Nasional selalu menghadirkan pro dan kontra. Bagi yang sependapat, UAN merupakan wahana untuk meningkatkan kualitas pendidikan dasar dan menengah di negeri ini. Sementara bagi pihak yang kontra, UAN justru di anggap akan membebani siswa dalam belajar. Bahkan menjadi hantu yang sangat menakutkan dan kemungkinan besar justru mematikan potensi anak. UAN juga sangat bertentangan dengan UU No.20/2002 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 58 Ayat 1 dan KPI menilai bahwa evaluasi pendidikan merupakan hak pendidik, sehingga yang menentukan kelulusan seseorang tetap berada di tangan masing-masing sekolah.[2] Pro kontra ini terjadi karena melihat kondisi dari proses UAN sendiri, dimana UAN itu sendiri mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan yang pasti dari UAN adalah terstandarnya pendidikan di Indonesia secara merata. Kekuarangannya UAN adalah masih kurangnya pengawasan dalam prosesnya sehingga banyak terjadi penyelewengan dalam prosesnya.
Dunia pendidikan sibuk dengan standarisasi pendidikan, sehingga lahirlah Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BNSP) yang mengatur berbagai jenis standar serta penyelenggaraan berbagai ujian untuk mencapai suatu standar tertentu.[3] Pendidikan nasional di Indonesia yang di orientasikan pada pengembangan intelektual yang dapat di ukur maka diadakanlah berbagai bentuk ujian nasional dalam berbagai wujud. Ujian Akhir Nasional bukan hanya terhadap peserta didik tetapi juga terhadap pendidik untuk mendapatkan sertifikasi guru.[4]
Ujian akhir nasional yang diselenggarakan pada saat ini bukan hanya berfungsi untuk menguji peserta didik dan pendidik, tetapi juga menghilangkan fungsi yang sesungguhnya sebagai evaluasi pendidikan. Ujian dalam arti evaluasi pendidikan adalah pemetaan pendidikan dalam rangka untuk penyusunan kebijkan pendidikan.[5] Evaluasi dalam dunia pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menentukan langkah selanjutnya. Ngadiri berpendapat bahwa Ujian Akhir Nasional (UAN) merupakan salah satu alat evaluasi yang dikeluarkan Pemerintah yang, menurut pendapat saya, merupakan bentuk lain dari Ebtanas (Evaluasi Belajar Tahap Akhir) yang sebelumnya di hapus.[6]
Hasil evaluasi dapat di gunakan untuk memutuskan bahwa seorang siswa dapat dinyatakan lulus atau tidaknya dan berhak di berikan sertifikasi atau tidaknya serta bisa mengetahui sejauh mana perkembangan pendidikan di setiap daerah berdasarkan hasil UAN. Tetapi evaluasi UAN justru di pergunakan untuk bersaing bukannya untuk memperbaiki permasalahan yang terjadi. Tanpa adanya evaluasi kita tidak akan tahu sejauh mana keluaran pendidikan yang telah di capai atau bahkan menyimpang dari tujuan yang telah di canangkan.hasil evaluasi yang benar sangat penting buat membuat masukan maupun proses pendidikan.[7]
UAN di pergunakan sebagai tolak ukur suatu daerah dan sekolah sebagai suatu kesuksesan. Daerah di katakan berhasil membangun pendidikannya jika dalam UAN jumlah kelulusannya tinggi dan di sekolah pun terjadi demikian, sehingga sekolah yang siswanya lulus UAN 100% maka hal itu akan menarik banyak orang tua untuk mendaftarkan anaknya untuk bersekolah di sekolah tersebut. Antara daerah-daerah dan sekolah dengan sekolah lain saling bersaing untuk bisa lulus UAN 100%, sehingga membentuk sebuah tim suskses untuk bisa mencapai kesuksesan lulus UAN 100%.
Lepas dari setuju tidak setuju, UAN sebenarnya diperlukan dalam memotret pemetaan kualitas satuan pendidikan nasional. Namun yang sering dikeluhkan, kenapa UAN dijadikan alat vonis penentuan kelulusan? Adilkah suka duka siswa dalam belajar selama tiga tahun hanya ditentukan nasibnya selama tiga hari pelaksanaan UAN?. Keluhan masyarakat jika UAN membuat siswa menjadi stres, lanjutnya, tidak ada jaminan apabila tanpa UAN siswa akan lulus. Sementara UAN sendiri diyakini pemerintah sebagai salah satu cara untuk mencapai standar mutu pendidikan nasional. Sementara itu Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) telah menerima sebanyak 472 kasus terkait dengan Ujian Akhir Nasional (UAN). "Hingga saat ini sudah ada 472 kasus terkait UAN misalnya kebocoran soal, ketidaklengkapan dokumen dan berita acara,".[8]
Mekanisme UAN yang diselenggarakan oleh pemerintah telah mematok standar nilai kelulusan 3,01 pada tahun 2002/2003 menjadi 4,01 pada tahun 2003/2004 dan 4,25 pada tahun 2004/2005. Hal ini menimbulkan kecemasan psikologis bagi peserta didik dan orang tua siswa. Siswa dipaksa menghafalkan pelajaran-pelajaran mulai dari kelas 1 sampai kelas 3 yang akan di UAN-kan di sekolah dan di rumah. Hal ini membuat siswa semakin tertekan di buatnya. Apalagi pada tahun 2012 ini ada isu bahwa standar nilai kelulusan UAN akan di naikan dari 5,5 menjadi 6 atau tetap 5,5 tetapi tingkat kesulitan soal di naikan.[9] Jika isu ini benar adanya maka beban yang akan di hadapi oleh siswa akan lebih berat lagi dari pada yang sebelumnya, sehingga mungkin akan terjadi banyak kasus penyelewengan untuk bisa lulus UAN.
Pada penyelenggaraan UAN pada tahun ajaran 2003/2004, Koalisi Pendidikan menemukan berbagai penyimpangan yang terjadi, mulai dari teknis hingga finansial. Pertama, teknik penyelenggaraan. Perlengkapan ujian tidak disediakan secara memadai. Misalnya, dalam mata pelajaran bahasa Inggris, salah satu kemampuan yang diujikan adalah listening. Supaya bisa menjawab soal dengan baik, peserta ujian memerlukan alat untuk mendengar (tape dan earphone). Permasalahan yang sudah terjadi ini apakah sudah teratasi?, lalu bagaimana kalau belum teratasi dan muncul kebijakan baru tentang UAN yang akan ada 20 variasi soal dalam satu kelas?.[10] Apakah hal ini juga nantinya akan menimbulkan penyimpangan-penyimpangan baru lagi?.hal inilah yang akan menjadi pertanyaan kita mengenai pelaksanaan UAN pada tahun 2013 nanti.
Kedua, pengawasan. Dalam penyelenggaraan ujian, pengawasan menjadi bagian penting dalam UAN untuk memastikan tidak terjadinya sebuah kecurangan yang dilakukan oleh peserta. Fungsi pengawasan ini diserahkan kepada guru dengan sistem silang-pengawas tidak berasal dari sekolah yang bersangkutan, tapi dari sekolah lain, tetapi pada kenyataannya, terjadi kerja sama antar guru untuk memudahkan atau memberi peluang siswa menyontek.[11] Bahkan ketika ada suatu guru yang tidak mau di ajak untuk bekerja sama, nantinya guru tersebut akan mendapatkan pengeculilan dari pihak sekolah, guru-guru lain karena tidak mau bekerja sama. Bahkan ada sebuah kasus dimana ada seorang guru di sebuah kabupaten sebut saja kabupaten X, guru tersebut tidak mau bekerja sama dan ketika sedang bertugas mengawasi jalanya sebuah UAN di sebuah sekolah guru tersebut menemukan bahwa ada kecurangan yang di lakukan muridnya yaitu menyontek. Guru tersebut menegur murid yang melakukan kecurangan tersebut sehingga membuat murid marah dan mencegat guru tersebut sewaktu pulang untuk di kasih pelajaran, sehingga guru tersebut pun akhirnya pulang dengan di kawal polisi setempat. Hal ini menjadi pertanyaan baru mengenai UAN, apakah UAN benar-benar bisa menjadi tolak ukur untuk bisa mengetahui apakah susatu siswa itu lulus atau tidak lulus?.
Kasus di beberapa sekolah, guru, terutama untuk mata pelajaran yang dibuat secara nasional seperti matematika, bahasa Inggris, atau ekonomi, dengan berbagai modus dan berbagai cara di pergunakan untuk memberi kunci jawaban kepada siswa agar siswa bisa lulus dengan 100%. Selain itu, pada tingkat penyelenggara pendidikan daerah seperti dinas pendidikan, usaha untuk menggelembungkan (mark-up) hasil ujian pun terjadi. Caranya dengan membuat tim sukses UAN untuk membetulkan jawaban-jawaban siswa atau memberikan bantuan memberikan kunci jawaban kepada siswa pada saat mengerjakan UAN.
Penyimpangan di dalam UAN juga muncul perjokian. Perjokian pertama kali di indonesia muncul pada saat di selenggarakannya UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri).[12] Praktik perjokian ini selain di UMPTN juga mulai merambat ke UAN. Adanya joki menunjukan betapa budaya yang mementingkan simbol dan formalitas sudah memasuki alam pikiran sebagian kecil siswa.[13] Hal-hal inilah yang membuat banyak sekali muncul pertanyaan apakah UAN benar-benar efektif untuk menentukan kelulusan siswa di sekolah?.
Mutu pendidikan bukan hanya sekedar ditentukan oleh Ujian Akhir Nasional melainkan pada paradigma pendidikan itu sendiri. Selama ini kita sering menjadikan UAN sebagai tolok ukur prestasi, padahal secara substansial hal itu tidak pernah menjadi bukti bisa menentukan kualitas dari soarang siswa. Justru dengan kebijakan tersebut pendidikan kita semakin terperosok karena kebijakan tersebut selalu dibarengi dengan perilaku tak terpuji seperti korupsi, manipulasi anggaran, dan kecurangan-kecurangan lain yang dilakukan untuk mempertahankan kredibilitas sekolah maupun daerah.
Tidak terlepas dari pro kontra dan kelebihan dan kelemahan UAN kita bisa mengetahui apakah UAN memang bisa menjadi tolak ukur keberhasilan suatu pendidikan Nasional?. Apakah UAN benar-benar bisa menentukan lulus dan tidak lulusnya suatu siswa?. Apakah kebijakan pemerintah mengenai UAN tepat atau tidak di terapkan di negara Indonesia kita ini?. Semua hal itulah yang menjadi pertanyaan kita semua kepada sistem pendidikan nasional negara kita ini.


Referensi:
H.A.R. Tilaar dan Riant Nugroho. (2008). Kebijakan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kompas. Jumat, 12 Oktober. 2012.

M. Nuh. Mendiknas: Kontroversi UN Jangan Dirisaukan. Tersedia pada http://www.menkokesra.go.id. Diakses pada tanggal 1 September 2012.


Mohammad Saroni. (2010). Orang Miskin Harus Sekolah. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Suyanto dan Djihad Hisyam. (2000). Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki Milenium III, Yogyakarta: Adicipta Karya Nusa.

Yuli Harti.  Masih Perlukah Ujian Nasional?. Tersedia pada http://guruvalah.20m.com. Diakses pada tanggal 1 September 2012.

Zafika. 2007. Lebih asyik Tanpa UAN. Yogyakarta: LkiS.


[1] Mohammad Saroni, Orang Miskin Harus Sekolah, Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2010, hlm. 21.
[2] Zafika, Lebih asyik Tanpa UAN, Yogyakarta: LkiS, 2007, hlm. 32.
[3] H.A.R. Tilaar dan Riant Nugroho, Kebijakan Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, hlm. 355.
[4] Ibid.
[5] Ibid., hlm. 356.
[6] Zafika, loc.cit.
[7] Suyanto dan Djihad Hisyam, Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki Milenium III, Yogyakarta: Adicipta Karya Nusa, 2000, hlm. 98.

[8] M. Nuh. Mendiknas: Kontroversi UN Jangan Dirisaukan. Tersedia pada http://www.menkokesra.go.id. Diakses pada tanggal 1 September 2012.

[9] Kompas, jumat, 12 oktober 2012, hlm. 12.
[10] Ibid.
[11] Yuli Harti.  Masih Perlukah Ujian Nasional?. Tersedia pada http://guruvalah.20m.com. Diakses pada tanggal 1 September 2012.
[12] Suyanto dan Djuhad Hisyam, op.cit., hlm. 101.
[13] Ibid., hlm. 102.