Total Tayangan Halaman

Sabtu, 26 Februari 2011

SUKARNO DAN ISTRI-ISTRINYA

A.      PENDAHULUAN
Sukarno adalah seorang pemimpin besar di mata rakyat Indonesia. Sukarno memulai langkah awalnya dengan berguru kepada H.O.S Tjokroaminoto yaitu seorang tokoh Sarekat Islam yang nantinya putri dari gurunya yaitu Siti Utari Tjokroaminoto akan menjadi salah seorang istri Sukarno (Salam,1984:21-30). Sukarno merupakan orang yang mempunyai karisma dan jiwa kepemimpinan yang kuat. Daya tarik Sukarno inilah yang membuatnya juga sulit untuk ditolak oleh beberapa perempuan yang pernah hadir sebagai penghias hati bapak proklamator Indonesia ini.
Sukarno memang adalah seorang pecinta dan pemuja wanita. Ibarat kumbang di taman yang hinggap dari satu bunga ke bunga yang lain, demikianlah Sukarno. Sukarno memang bukan seorang sosok manusia hipokrit. Tercatat ada 9 orang wanita yang pernah mengisi hati Sukarno. Sampai akhir hidupnya, beberapa  telah berstatus sebagai mantan istri dan beberapa lagi masih bestatus sebagai istri sah Sukarno. Semua istri-istri Sukarno tidak ada yang tidak cantik. Kepiawaian Sukarno dalam mengambil hati wanita memang tidak diragukan lagi. Surat cinta, rayuan, dan sikap gentleman khas Sukarno menjadi hal yang masih dapat dikenang oleh para istri dan mantan istrinya. Kendati beberapanya sudah bercerai dan sudah menikah lagi dengan pria lain, tetapi mereka masih fasih membahasakan kembali sederetan kata-kata indah yang pernah ditulis dan diucapkan oleh Sukarno untuk mereka (Nurhayati,2006:124-127).
Bagaimanapun penilaian kita pada pribadi Sukarno mengenai kehidupan asmaranya bersama wanita-wanitanya, beliau tetaplah seorang aktor sejarah yang sangat berpengaruh besar terhadap bangsa Indonesia (____,2009:48). Dibalik perjuangannya bagi bangsa ini, tertoreh nama Inggit Ginarsih yang Sukarno sendiri sebut sebagai Srikandi Indonesia di depan khalayak ramai pada waktu Kongres Indonesia Raya di Surabaya tahun 1931, dan Fatmawati sang penjahit bendera pusaka Indonesia. Tidak tahu seberapa besar cintanya pada istri yang satu maupun istri yang lainnya namun satu hal yang pasti cintanya pada Ibu Pertiwi sangatlah besar. Ratna Sari Dewi dalam buku Bung Karno Bapakku, Guruku, Sahabatku, Pemimpinku: Kenangan 100 Tahun Bung Karno, menyatakan bahwa sesungguhnya Sukarno adalah seorang pahlawan sejati yang hanya mencintai negara dan bangsanya. 
Di dalam sejarah Indonesia tertoreh seorang aktor yaitu Sukarno karena kalau tidak ada perjuangan dari dia dan teman-temannya kita tidak akan bisa menikmati suasana yang sekarang ini. Jadi dari sejarah kita bisa mengetahui kehidupan padahulu kita baik pada masa kecilnya ataupun dewasa dalam masa perjuangan untuk memerdekakan Indonesia. Dari sejarah kita bisa belajar banyak hal yang sangat berguna bagi kehidupan kita sekarang dan masa depan kita.

B.      MASA KECIL SUKARNO
Soekarno dilahirkan pada tanggal 6 juni 1901. Ayahnya bernama Raden Sukemi Sosrodiharjo, satu dari delapan anak Raden Hardjodikromo, adalah anggota golongan bangsawan Jawa kelas priyayi, seperti seperti ditunjukan gelar “Raden” itu. Sukemi lahir di tahun 1869. Sukemi memperoleh pendidikan berunsur Belanda pada waktu sekolah Pendidikan Guru pertama di ibu kota Kabupaten Probolinggo Jawa Timur. Sukemi setelah lulus dipekerjakan pada sekolah dasar bumi putra yang baru di buka di Singaraja, Bali. Di Sigaraja Sukemi bertemu dengan calon istrinya, Ida Ayu Nyoman Rai yaitu putrid bali dari kelas Brahmana (Adams,1966:27-35). Perkawinan antara Sukemi dan Ida Ayu Nyoman Rai mengalami kesulitan karena mereka berbeda agama, sehingga pada waktu Sukemi melamar Ida Ayu Nyoman Rai ditolak. Walaupun ditolak pasangan tersebut melarikan diri dari dari cara bali, dan kemudian menikah dengan cara Islam. Dari perkawinan ini lahirlah Sukarmini dan Sukarno yang bernama Kusno Sosro Sukarno.
Masa kanak-kanak Sukarno sebernarnya biasa saja. Sukarno menjalani pendidikan awalnya di sekolah desa, walaupun dalam masa singkat. Pada saat berumur 6 tahun Sukarno dan keluarganya pindah ke Surabaya di Sidoarjo dan setelah itu ke Mojokerto tempat Sukemi menjadi manteri guru di sekolah ongkoloro. Sukarno pada masa kecilnya dikenal sebagai seorang pemimpin di antara teman-temannya dan sebagai jagoan muda. Sukarno setiap bermain selalu yang mengatur jalannya permainan dan tidak ada yang berani untuk menentangnya. Sebagai anak-anak. Sukarno memasuki kebudayaan tradisional jawa melalui dunia wayang yang merupakan dari kebudayaan tinggi tradisi kraton jawa dan juga tradisi rakyat jawa. Sukarno menyerap segi filsfat Jawa ini dari kakek-neneknya di Tulungangung, dari ayahnya di Mojokerto dan seorang patani miskin bernama wagiman.
Sejak kecil Sukarno udah berendam dalam tradisi wayang. Dalam pidato-pidatonya dia selalu menggunakan tokoh-tokoh pewayangan.akhirnya, tetapi yang paling penting yang membentuk Sukarno

C.      KEHIDUPAN ASMARA SUKARNO
Sukarno memang adalah lelaki pemuja cinta yang tidak bisa lepas dari wanita. Ibarat kumbang yang berada di taman yang hinggap dari satu bunga ke bunga yang lain, demikianlah sosok seorang Sukarno (Adams,1966:15). Sukarno memang bukan sosok manusia hipokrit. Dalam wawancara yang dilakukan, dalam biografinya, dengan terang-terangan Sukarno mengatakan, " I'm a very physical man. I must have sex everyday.
Menilai bahwa memang tak ada satupun dari istri-istri Sukarno yang tidak cantik(Reni Nurhayati). Pada Bambang Widjanarko, orang yang pernah 8 tahun menjadi ajudannya, ia berujar, "Ya, saya senang melihat wanita cantik. Saya akan merasa lebih berdosa bila berpura-pura dengan mengatakan tidak atau bersikap seakan tidak senang. Berpura-pura seperti itu namanya munafik dan saya tidak mau menjadi orang munafik." Di saat yang berbeda, ia juga pernah mengatakan, "Saya menjunjung Nabi Besar Muhammad SAW. Saya mempelajari ucapan-ucapan beliau dengan teliti. Jadi, moralnya bagiku adalah:  bukanlah suatu dosa atau tidak sopan kalau seseorang mengagumi perempuan yang cantik. Dan saya tidak malu berbuat begitu, karena dengan melakukan itu pada hakekatnya saya memuji Tuhan Yang Maha Esa dan memuji apa yang telah diciptakanNya di dunia ini."
Kepiawaian Sukarno mengambil hati wanita memang tidak diragukan lagi. Surat cinta, rayuan, dan sikap gentleman khas Sukarno menjadi hal yang masih dapat dikenang oleh istri dan mantan istrinya. Kendati beberapa diantaranya sudah bercerai dan menikah lagi dengan pria lain, mereka masih fasih membahasakan kembali sederetan kata indah yang pernah ditulis dan diucapkan oleh Sukarno. Banyak gelar yang akhirnya orang sandangkan pada Sukarno menyangkut keahliannya yang satu ini, diantaranya Arjuna, Casanava Cinta, dan Don Juan, sedangkan dari pengagumnya di luar negeri ia dijuluki A Great Lover. Sepak terjangnya memang telah sampai menjadi sorotan dunia, pers barat bahkan dengan sinis menyebutnya " Le Grand Seducteur - tidak bisa melihat rok wanita tanpa bernafsu".
Awal mula kedekatan Sukarno dengan wanita di mulai waktu dia masih remaja dan beguru pada  H.O.S Tjokroaminoto seorang tokoh Sarekat Islam. Pada waktu berguru ia berebut seorang wanita yang bernama Siti Utari Tjokroaminoto dengan Sigit Bahrun Salam, rekan belajarnya di rumah pak Tjokroaminoto dan pada akhirnya perebutan ini dimenangkan oleh Sukarno dengan berhasilnya di nikahinya Siti Utari, sehingga Siti Utari menjadi istri pertama Sukarno (Salam,1984:21). Sukarno setelah menikah dengan Siti Utari pergi bersama ke Bandung pada tahun 1921 dalam rangka untuk studi di Sekolah Tinggi Teknik Bandung. Tak disangka, ini menjadi awal mulanya Sukarno bertemu dengan Inggit Garnasih seorang wanita yang berusia 36 tahun.
Pada tanggal 24 Maret 1923 Sukarno menikah dengan Inggit Garnasih. Dalam surat nikah dicantumkan usia Sukarno dari 22 tahun di tuakan menjadi 24 tahun, sedangkan usia Inggit Garnasih dimudakan dari 36 tahun menjadi 35 tahun( Anwar,2002:18). Mereka menikah di rumah orang tua Inggit, di jalan Javaveem, Bandung. Baru setelah itu mereka pindah ke Gang Jaksa dan terakhir menempati rumah di jalan Ciateul yang kemudian berubah nama menjadi jalan Inggit Garnasih no.8. Pernikahan Sukarno dan Inggit dikukuhkan dengan Soerat Keterangan Kawin no. 1138, tertanggal 24 Maret 1923, bermaterai 15 sen, dan berbahasa Sunda.
Saat berada di Bengkulu Ir sukarno jatuh cinta dengan Fatma yaitu anak angkatnya sendiri.Sukarno tidak bisa menahan gejolak jiwa mudanya untuk tidak terpikat kecantikan Fatma.Seiring berjalannya waktu Fatma makin akrab dengan Sukarno, sampai pada suatu hari keakraban mereka di ketahui oleh Inggita (Adams:1966:188).Sukarno meminta Inggit untuk memperbolehkan Sukarno untuk enikah lagi dengan Fatma agar bisa mempunyai keturunan, sehingga menyebabkan Inggit meminta cerai pada Sukarno. Inggit di ceraikan Sukarno pada tahun 1943 setelah umur pernikahannya mencapai 20 tahun. Inggit meminta syarat kepada Sukarno untuk di kembalikan ke tanah kelahiranya yaitu Bandung setelah di ceraikan. Setelah bercerai dengan Inggit Sukarno menikah dengan Fatma yang setelah menikah nama Fatma diganti Sukarno menjadi Fatmati.
Sukarno setelah bercerai dengan Fatmawati pada tahun 1954 menikah lagi dengan Hartini seorang wanita yang berumur 30 tahun. Pernikahan Sukarno dengan hartini tidak mengalami perceraian. Pada tahun 1962 Sukarno kembali menikah lagi dengan seorang wanita Jepang yang namanya Ratna Sari Dewi. Ratna adalah seorang wanita yang bekerja di clup malam.Pernikahannya dengan Ratna juga tidak mengalami perceraian sama dengan istrinya hartini. Sukarno menikah kembali dengan seorang wanita yang bernama Kartini manopo. Penikahannya dengan Kartini Manopo juga mengalami perceraian pada tahun 1963 setahun setelah pernikahannya dengan Ratna Sari Dewi. Istri ketuju Sukarno adalah seorang gadis yang bernama Haryati. Saat menikah dengan Sukarno Haryati baru berumur 23 tahun. Pernikahannya dengan Haryati juga mengalami perceraian pada tahun 1964 setelah perceraiannya dengan Kartini Manopo.
Sukarno juga pernah menikah dengan seorang wanita yang berasal dari Poso, Manado yang bernama Yurike Sanger. Pada waktu itu Yurike Sanger duduk di kelas II SMU VII Jakarta. Pernikahan Sukarno dan Yurike Sanger hanya bertahan selama 3 tahun saja. Istri ke sebilan Sukarno adalah Heldy Djafar. Sukarno menikah dengan Heldy Djafar pada tanggal 11 Mei 1966 di House Istana Negara. Dia antara istri-istri Sukarno hanya Heldy lah yang perbedaan umurnya dengan Sukarno yang paling banyak saat menikah. Perbedaan umurnya yaitu 46 tahun.

D.     PENUTUP
Sukarno adalah sosok pemimpin yang banyak di kagumi para wanita ini terbukti tidak ada seorang wanita pun yang bisa menolak karismanya. Sampai-sampai Sukarno bisa menikah sebanyak 9 kali. Di antara para istri-istri Sukarno tidak ada yang tidak cantik. Sukarno adalah seorang pemuja wanita sampai dia menyebutkan kata, " I'm a very physical man. I must have sex everyday " .

E.      DAPTAR PUSTAKA
·         Adams, Cindy.1966.Bung Karno Penyambung Lidah Bangsa Indonesia.Jakarta: PT Gunung Agung.
·         _.1984.Bung Karno Putera Fajar.Jakarta:PT Gunung Agung.
·         _.2009.Bung Karno Diantara Saksi dan peristiwa.Jakarta:PT Kompas Media Nusantara.
·       http://gudeg.net/news/2008/04/3579/Fatmawati-Sukarno-dan-Yogyakarta.htm
·       Nuryanti,Reni.2006.ISTRIA: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sejarah.Yogyakarta:Jurusan Pendidikan Sejarah Fise UNY.
·       Anwar, Rosihan.2002. In Memoriam Mengenang yang Wafat.Jakarta:Kompas.
·       http://kamarche99.wordpress.com/2008/12/29/biografi-ir-soekarno